Dari sekian banyak genre atau aliran fotografi yang ada, beberapa diantaranya dianggap sebagai genre fotografi ekstrem atau genre yang berbahaya.


Berbahaya dalam artian apa? Karena aktivitas itu bisa membahayakan keselamatan dan nyawa sang fotografer, langsung ataupun tidak. Tingkat ekstrim ini diukur dari bahaya yang timbul serta dampak fisik dan psikis yang akan didapatkan fotografer. aliran tersebut mungkin dipilih oleh fotografer untuk menunjukan spesifikasi kemampuan sangat fotografer itu sendiri. Dengan memilih genre fotografi yang tepat, ia tahu peralatan mana yang digunakan dalam suatu situasi, termasuk jenis lensa dan objek foto. Bahkan, lebih jauh lagi, dengan memilih satu genre fotografi saja pada akhirnya membuat si fotografer dikenal sebagai seorang profesional dan unik.


6+ Genre Fotografi Ekstrem dan Paling Berbahaya di Dunia

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, tidak semua genre fotografi mampu memberikan rasa aman dan nyaman bagi fotografer. Namun tetap saja da fotografer yang ‘keras kepala’ dan bersikukuh untuk mengambil spesifikasi genre ekstrem tersebut. Lalu apa saja genre fotografi ekstrem yang dimaksud dalam artikel ini? Pasti penasaran kan? Berikut artikelnya untuk anda.


Fotografi perang



Dalam perang, segala sesuatu bisa terjadi. Peluru nyasar, bom meletus, target yang salah dan lain sebagainya. Meski ancamannya keamanan sangat tinggi namun banyak fotografer yang terjun ke bidang yang satu ini. Entah apa yang ada di pikiran mereka saat itu. Yang jelas, mereka ikut terjun ke medan peperangan, bukan dengan senjata melainkan kamera. Dengan kata lain, mereka bisa mati ditangan musuh. Atau, jika sedang sial, mereka bisa menjadi tawanan perang dari pihak lawan. Tapi biasanya, fotografer yang mengambil genre satu ini sudah terkoneksi dengan media-media, koran dan majalah tertentu. Dimana, hasil fotografi mereka akan dikirimkan dengan tujuan publikasi. Karena tidak mungkin otoritas militer akan mengizinkan mereka ke medan perang secara legal tanpa surat-surat lengkap. Meski tidak semua fotografer akan ikut dalam pertempuran. Ada juga fotografer yang lebih memilih mengabadikan peninggalan-peninggalan setelah perang. Seperti misalnya bangunan-bangunan yang sudah roboh, orang-orang yang menjadi korban peperangan dan lain sebagainya. Dengan kata lain, tidak ada jaminan keamanan bagi fotografer untuk mengambil genre yang satu ini. Bisa saja pulang tinggal nyawa.


Fotografi bencana



Berbeda dengan fotografi perang dengan sumber ancaman utama dari manusia atau pihak lawan karena ancaman fotografi bencana itu datang dari alam sendiri. Kalau manusia, mungkin rasio keselamatan bisa diprediksi namun bencana, tidak ada yang bisa memprediksinya secara akurat. Meski begitu, banyak fotografer yang memilih untuk mengabadikan bencana yang sedang terjadi entah itu banjir, gempa bumi atau mungkin tsunami. Resikonya sangat besar. Misalnya begini, jika anda mengambil genre fotografi bencana setelah gempa bumi terjadi dan memporak-porandakan suatu wilayah, anda lalu bergegas ke sana. Padahal, anda tidak tahu kalau-kalau anda gempa susulan yang bakal terjadi, dan mungkin saja kekuatannya lebih besar dari sebelumnya.


Fotografi alam liar



Dua genre ekstrem diatas membahas tentang ancaman dari manusia yang sedang berperang dan ancaman dari alam. Sebaliknya, pada poin ketiga ini akan membahas style fotografi ekstrem dengan ancaman utama dari hewan buas dan hewan liar. Saya sering menonton chanel National Geographic yang sering menampilkan gambar-gambar hewan eksotis. Saat menoton satu video, yang pertama terlintas dalam benak adalah durasi yang dibutuhkan untuk mengambil foto hewan liar. Termasuk berapa banyak baterai dan memori yang ia butuhkan dan yang terpenting adalah, apakah keamanannya terjamin. Untuk pertanyaan terakhir jawabannya tidak. Coba bayangkan, jika anda mengambil genre fotografi alam liar dengan target subjek adalah ular, beruang atau buaya. Ada jaminan keselamatan gak? Gak ada. Apalagi jika bekerja sendirian. Dengan kata lain, genre yang satu ini juga sangat tidak aman. Meski demikian, ternyata banyak sekali fotografer yang menggeluti gaya fotografi satu ini. Dengan alasan kebebasan dan subjek yang lebih dinamis serta lanskap yang menantang.


Fotografi horor



Eh, genre yang satu ini emang ada? Jawabannya ada dan sudah banyak yang menggelutinya. Jadi target subjeknya siapa? Gak tahu, mungkin targetnya adalah setan dan Jin. Mengapa genre yang satu ini masuk dalam genre paling ekstrem? Jawabannya karena genre yang satu ini bisa memicu penyakit jantung, kecelakaan hingga kematian. Di Indonesia sendiri, ada beberapa kelompok yang sering melakoni genre fotografi horor. Bahkan, mereka berhasil mengabadikan sosok-sosok metafisika yang diyakni ada yakni Hantu. Entahlah, apa yang dipikirkan sehingga mereka mengambil genre yang satu ini. Lalu apa ancamannya? Begini. Coba bayangkan, seandainya mereka sedang melakukan sesi pemotretan lalu tiba-tiba mereka melihat sesuatu objek dari layar kamera. Objek tersebut berupa sosok manusia, dengan ramput panjang atau mungkin sosok metaphisis lain yang jelas itu bukan manusia. Dan, ajaibnya, objek yang diambil itu bergerak mendekat lalu sang fotografer lari terbirit-birit dan kecelakaan. Syukur-syukur kalau hanya luka di kelingking. Lantas, dimana letak ekstremnya? Disitu, dibagian lari-larian tersebut atau saat kaget lalu kena serang jantung atau ayan. Tiba-tiba ‘offside’ gimana? Namun jangan salah sangka, genre yang satu ini perkembangannya cukup massif meski masih dilakukan sembunyi-sembunyi. Apalagi, banyak masyarakat terutama kaum milenial yang sudah tidak mempercayai hal-hal mistik macam itu. Karena penasaran, mereka menekuninya. Semakin ditekuni, semakin penasaran, yang justru bisa membahayakan diri sendiri dan juga orang lain.


Forensik fotografi



Memang, tingkat bahaya untuk genre yang satu ini tidak teralu tinggi namun cukup mengkhawatirkan terutama bagi yang trauma melihat darah misalnya. Biasanya, fotografer yang menekuni genre yang satu ini adalah fotografer yang sudah terlatih dan mungkin berasal dari Kepolisian atau Lembaga forensik lain. Yang menurut saya ekstrem adalah misalnya, saat terjadi misalnya pemb*nuhan, mereka akan mengambil sampel foto, TKP dan lain sebagainya untuk digunakan sebagai laporan dan berkas persidangan. Dengan kata lain, mereka harus mengambil foto korban dengan perut terb*rai misalnya, atau mengambil sampel korban yang sedang kecelakaan dengan darah yang bersimbah dimana-mana. Jika gak tahan, maka bisa saja muntah-muntah kek orang hamil. Apalagi jika anda termasuk fotografer pemula yang menekuni genre tersebut. Mengerikan memang!


Rooftopping photography



Dalam beberapa tahun terakhir, banyak fotografer terlebih kamu muda yang menyukai genre yang satu ini. Entah apa alasannya yang jelas, fenomena ini telah di sebut oleh Psikolog sebagai ‘pencari sensasi’. Tentu anda sudah tahu kan apa yang ekstrem dari genre fotografi yang satu ini? Jadi, saya gak perlu jelaskan panjang lebar. Genre yang satu ini di populerkan oleh seorang anak muda asal Toronto, Amerika Serikat yakni Tom Ryaboi. Dalam foto-fotonya, ia terlihat berada di atas gedung, sembari melakukan berbagai pose menantang yang bikin kaki geli. Dan yang paling menarik disini rata-rata mereka yang melakukan aksi macam ini tidak punya izin dari pemilik gedung. Di Indonesia sendiri, genre yang satu ini mulai berkembang. Namun karena keterbatasan dan akses ke gedung yang terbatas sehingga jarang sekali terekspos.


Penutup

Menekuni satu genre fotografi saja adalah hal yang sangat penting. Selain untuk bias meningkatkan kemampuan fotografi, juga untuk membantu meningkatkan profesionalitas fotografer. Namun banyak yang kemudian memilih genre yang tak lazim dengan tujuan yang khusus meski pada dasarnya harus mengorbankan waktu dan mungkin juga nyawa. Nah demikian artikel tentang 6+ Genre fotografi ekstrem di dunia. Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk anda.

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved