Prinsip-prinsip
di balik aplikasi multimedia pendidikan Suatu lingkungan pembelajaran multimedia, agar dianggap efektif, harus mengikuti beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam perancangan aplikasi multimedia pendidikan. Prinsip-prinsip ini didasarkan pada sifat belajar manusia dan menurut Clark dan Mayer (2008) adalah sebagai berikut: 1. Prinsip multimedia Prinsip Multimedia berpendapat bahwa aplikasi multimedia harus mencakup kombinasi kata dan gambar, karena informasi lebih baik ditransfer, diproses dan dipelihara oleh siswa ketika lingkungan pengajaran menghubungkan presentasinya dengan dua elemen tersebut. Akibatnya, berdasarkan model pembelajaran teori multimedia kognitif, kedua saluran sensasi digunakan, menciptakan representasi yang lebih lengkap dan terstruktur dalam memori jangka panjang yang berkontribusi pada perolehan pengetahuan. 2. Prinsip kedekatan Menurut Prinsip Kontiguitas, lebih disukai bahwa kata-kata disajikan secara bersamaan dengan gambar yang sesuai, daripada secara terpisah dalam aplikasi multimedia. Clark dan Mayer menunjukkan bahwa grafik harus ada di sebelah teks yang disebutkan, karena jarak menghasilkan beban kognitif yang lebih besar, pada kapasitas pengetahuan yang sudah terbatas dari memori aktif, dengan konsekuensi langsung menghalangi siswa dari pembelajaran aktif. 3. Prinsip modalitas Sebuah prinsip yang merupakan spesialisasi dari prinsip Multimedia dan menganjurkan penyajian kata-kata sebagai narasi akustik daripada teks visual di layar. Dimungkinkan untuk menciptakan kondisi belajar yang lebih baik dengan memilih modalitas yang tidak membebani saluran rekrutmen tunggal tetapi saling melengkapi, seperti yang diprediksi oleh Model Teori Kognitif untuk Pembelajaran Multimedia. 4. Prinsip redundansi Prinsip ini mendukung presentasi naratif dengan grafik daripada grafik dan narasi dan teks di layar . Otoritas ini menegaskan bahwa kelebihan informasi yang terlibat dalam pembelajaran, bukannya memfasilitasi, secara kognitif mempengaruhi siswa. Beban kognitif dapat terjadi ketika informasi itu sendiri disajikan dalam berbagai cara (verbal dan visual) atau ketika tidak perlu disajikan dengan cara yang kompleks, karena kapasitas pemrosesan setiap saluran terbatas. Namun, terkadang prinsip ini diabaikan ketika guru mampu menyesuaikan penerapannya dengan kecepatan dan kebutuhan mereka sendiri, atau mungkin mengalami kesulitan mengedit narasi. 5. Prinsip koherensi Prinsip Koherensi menunjuk pada pengecualian penyajian multimedia informasi verbal dan visual. Pada titik ini, kebutuhan untuk menghindari teks, suara, dan gambar yang tidak perlu dalam pengajaran multimedia ditekankan, dengan fokus hanya pada penyajian informasi yang diperlukan. Menambahkan materi yang menarik tetapi tidak perlu dapat merusak proses pembelajaran karena menempatkan beban kognitif pada risiko. 6. Prinsip personalisasi Prinsip Personalisasi menekankan penggunaan bentuk ekspresi yang akrab dan akrab (narasi sebagai orang pertama dan kedua), serta penggunaan agen pedagogis yang efektif, yang membantu proses pembelajaran. Berdasarkan teori kognitif pembelajaran multimedia, pendekatan ini lebih dekat dengan diskusi manusia, dimana peserta didik secara aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran, mencoba memahami apa yang dimaksud narator, dan dengan demikian menjadi lebih terlibat dalam proses kognitif pilihan, organisasi dan integrasi. 7. Contoh yang dikerjakan Mereka diarahkan ke penyajian informasi yang rinci (langkah demi langkah) untuk memecahkan masalah atau melakukan tugas. Menurut teori kognitif pembelajaran multimedia, memori aktif memainkan peran penting dalam proses kognitif untuk pengembangan pengetahuan baru. Penggunaan contoh analitis berkontribusi pada pengelolaan yang lebih baik dari sumber daya kognitif yang terbatas dari memori kerja, karena ini memberikan bantuan terutama kepada pengguna pemula, untuk melihat proses solusi, sehingga mengotomatisasi proses dengan konsekuensi mengurangi beban kognitif. Prinsip dasar desain contoh kerja adalah: · Penjelasan rinci yang menekankan konsep di balik setiap langkah dari contoh yang dikerjakan. Contoh-contoh yang dikerjakan dilengkapi dengan menerapkan prinsip-prinsip desain untuk penyajian informasi yang optimal. · Transisi dari contoh yang dikerjakan ke latihan penyelesaian, saat siswa maju dari pemula ke mahir (memudar). · Dorong siswa untuk memproses langkah-langkah contoh yang dikerjakan dengan pertanyaan penjelasan sendiri. · Penerapan prinsip multimedia. · Mendukung transfer pengetahuan melalui desain konten yang efektif dari contoh yang dikerjakan. 8. Latihan Dalam semua aplikasi pembelajaran multimedia, contoh yang dikerjakan harus melakukan serangkaian latihan yang belum terpecahkan untuk melatih siswa. Berdasarkan teknik fading yang dijelaskan di atas, siswa membaca contoh kerja, kemudian menerapkan satu atau dua langkah dari paradigma berikut, dan akhirnya memecahkan masalah sendiri. Prinsip dasar desain latihan yang harus diperhatikan oleh perancang aplikasi pembelajaran multimedia adalah: · Latihan desain yang mengharuskan siswa untuk merespon dengan cara yang sama seperti di tempat kerja mereka. · Berikan umpan balik yang menjelaskan. · Penyesuaian jumlah dan lokasi latihan yang belum terpecahkan berdasarkan persyaratan kinerja setiap tugas. · Penerapan prinsip multimedia.
· Transisi dari contoh yang dikerjakan ke latihan resolusi (fading). |