Pendirian museum ini berawal dari kekhawatiran akan sampah plastik yang menyebabkan pencemaran lingkungan. Di museum ini, Ecoton telah membangun beberapa fasilitas plastik, yang terbaru didedikasikan untuk plastik impor baru diresmikan pada awal Februari 2022. Museum plastik ini terletak di desa Krajan, Wringinanom, Gresik, Jawa Timur, tepat di tanah kosong dekat Kantor Ecoton.
Pengunjung museum didorong untuk memikirkan kembali kebiasaan membuang sampah plastik mereka, bersama dengan ajakan untuk mengurangi penggunaan kantong dan botol plastik sekali pakai. Museum ini dibangun pada tahun dengan bahan dari lebih dari 10.000 sampah plastik, seperti botol plastik, tas, sedotan, dan kertas kado.
Memasuki area museum, berdiri Dewi Sri, dewi mitos Jawa yang mengenakan rok panjang yang terbuat dari sampah plastik kemasan dan produk rumah tangga. Spot foto favorit pengunjung adalah bagian terowongan yang seluruhnya tertutup botol plastik. Pantulan cahaya dari dinding warna-warni di terowongan membuat foto semakin indah.
Salah satu pendiri museum plastik, Prigi Arisandi, dikutip dari Medcom.id mengatakan: “Untuk terowongan museum sepanjang 10 meter, 33 kaki, dibuat sekitar 4.444 botol. Prigi mengatakan, fasilitas museum plastik yang digunakan berasal dari tempat pembuangan sampah, serta dari sungai yang tersebar di beberapa wilayah di Jawa Timur.
Menurut Prigi, pencemaran plastik telah menjadi permasalahan yang sangat akut. Masalah sampah plastik menjadi penting di Indonesia, sebagai negara kepulauan yang menempati urutan kedua setelah Tiongkok dalam hal banyaknya volume plastik yang berakhir di lautan. Hal ini dibenarkan Dari Setyorini, Manager Program di Ecoton. “Saya telah melihat sungai-sungai sudah banyak tercemar sampah mulai dari sampah plastik, kemasan produk rumah tangga, popok, dan masih banyak lagi”, ujarnya seperti dikutip tempo.co.
Sampah Impor Di museum ini, wisatawan juga akan dipandu dan bisa melihat sekeliling Sungai Brantas menggunakan Perahu Wisata Ecoton. Wisatawan juga dapat berkunjung di aula dan laboratorium Ecoton untuk mengetahui bagaimana proses sampah plastik terurai, dokumentasi dalam mengambil atau memilah sampah di pinggir sungai, dan masih banyak kegiatan yang lain.
Pada awal Februari 2022 lalu, Aeshnina Azzahra Aqilani, akvitis lingkungan cilik meresmikan museum khusus sampah impor di area tersebut. Nina, panggilan akrabnya, menyebutkan Amerika Serikat, Italia, Belanda, Jerman, Swiss, Kanada, Australia dan Selandia Baru adalah negara pengekspor sampah-sampah plastik tersebut. Pembukaan museum ini mengundang pelajar, aktivis Lingkungan, seniman dan warga
"Dalam museum ini dipamerkan jenis sampah sachet, packaging personal care, packaging produk rumah tangga dan sampah bungkus oli dan makanan yang tercantum made in UK, made in Canada, made in USA dan banyak lagi nama negara maju dalam bungkus sampah," ungkap Azis penggiat lingkungan yang aktif dalam kegiatan bersih-bersih sungai seperti dikutip Tempo.co
Selain memajang sampah luar negeri, dalam museum sampah impor ini juga memamerkan informasi terkait bahaya plastik sekali pakai. "Museum ini bisa dikunjungi oleh siapa saja dan bisa menjadi tempat untuk berdiskusi dan tukar ilmu terkait sampah plastik," ungkap Nina yang tak lain adalah puteri dari Prigi Arisandi.
Permasalahan plastik memang sangat mendesak di Indonesia. Data menunjukkan, Indonesia menjadi negara kepulauan yang menempati urutan kedua setelah Tiongkok dalam hal banyaknya volume plastik yang berakhir di lautan. Dilansir dari Facebook Ecoton, temuan Ecoton menunjukkan jumlah mikroplastik lebih banyak dibandingkan plankton.
Mari sayangi lingkungan kita. Sudah saatnya kita mengurangi pemakaian plastik sekali pakai.
Sumber : https://revolusimental.go.id/ , Fb Ecoton, Tempo.co, Medcom.id Info PMB : https://pmb.stekom.ac.id Kerjasama/Penerimaan Mahasiswa Baru, WA 24 jam : 081-777-5758 (081 jujuju maju mapan) IG : @universitassetekom TikTok : @universitasstekom FP : https://www.facebook.com/stekom.ac.id/ TWITTER : https://twitter.com/unistekom YOUTUBE : https://www.youtube.com/UniversitasSTEKOM |