Keterampilan yang diperlukan sebagai seorang desainer sering diperdebatkan. Haruskah desainer membuat kode, menulis, atau memahami bisnis? Keterampilan ini sangat berharga tetapi mungkin tidak penting. Namun, banyak yang berpendapat bahwa setiap desainer harus mempelajari dasar-dasar psikologi. Sebagai manusia, memiliki "cetak biru" yang mendasari bagaimana cara memandang dan memproses dunia di sekitar, studi psikologi membantu untuk mendefinisikan cetak biru ini. Sebagai seorang desainer, dapat memanfaatkan psikologi untuk membangun produk dan pengalaman yang lebih intuitif dan berpusat pada manusia.

Tetapi mengetahui dari mana harus memulai bisa menjadi tantangan. Berikut beberapa dasar-dasar yang akan berguna, mungkin sudah mempelajari ini di perguruan tinggi, tetapi bagi yang belum, akan menemukan banyak informasi berguna untuk mulai melamar pekerjaan.

Reaksi Visceral : Pernahkah jatuh cinta dengan sebuah situs web hanya beberapa detik setelah tiba di sana? Atau mungkin tidak menyukai sebuah aplikasi, bahkan membencinya, hanya setelah melihatnya sekilas? Jika ya, maka sudah tahu apa itu reaksi visceral. Reaksi semacam ini berasal dari bagian kepala kita yang disebut 'otak tua' yang bertanggung jawab atas naluri dan bereaksi jauh lebih cepat daripada kesadaran kita. Reaksi visceral berakar pada DNA, sehingga dapat dengan mudah diprediksi.

Desainer dapat menggunakan prinsip ini untuk menarik perhatian pada kreasinya. Tidak terlalu sulit untuk menebak apa yang terlihat baik bagi orang lain dan apa yang tidak. Secara alami, harus mengetahui audiens target dan kebutuhan mereka terlebih dahulu. Orang cenderung menentukan sosok dan hubungan dasar sebelum membuat resolusi lain tentang apa yang mereka lihat.

Manusia memiliki memori jangka pendek yang terbatas : hanya dapat menyimpan begitu banyak informasi pada satu waktu. Ini terutama benar ketika orang dibombardir dengan banyak data abstrak atau tidak biasa secara berurutan.

Hilangkan kebutuhan orang untuk mengingat informasi dengan membuat informasi yang relevan terlihat atau tersedia. Jika pengguna telah melakukan pencarian, tampilkan istilah pencarian beserta hasilnya. Jika mereka telah memfilter sesuatu, tunjukkan item yang telah difilter. Jika mereka memasukkan informasi yang salah, tunjukkan kepada mereka bidang mana yang salah dan mengapa.

Pengguna tidak harus mengingat keadaan sebelumnya jika itu mempengaruhi keadaan sekarang. Beri tahu mereka jika keputusan mereka sebelumnya memengaruhi keadaan mereka saat ini. Dengan cara ini, jika mereka merasa keadaan mereka saat ini salah, mereka tahu informasi apa yang harus diubah.

Psikologi Bentuk : Bahkan pemahaman dasar tentang psikologi bentuk logo dalam desain grafis sudah cukup untuk menunjukkan betapa pentingnya pola yang berbeda bagi persepsi pelanggan. Sesuatu yang sederhana seperti menggunakan lingkaran, bukan persegi, bisa cukup untuk mengubah cara audiens berpikir dan merasakan tentang merek.

Otak manusia terprogram untuk menghafal dan memberikan makna pada bentuk. Alasan sederhana mengapa bentuk logo sangat penting adalah karena otak manusia terprogram untuk menghafal dan memberikan makna pada logo tersebut. Faktanya, cara orang memproses bentuk adalah aspek mendasar dari cara manusia mempelajari sesuatu. Sebuah bentuk khas tetap tersimpan di dalam memori lama setelah melihatnya. Pikirkan saja tentang ikon Nike swoosh atau burung Twitter.

Prinsip Gestalt : Dikembangkan oleh psikolog Jerman pada 1920-an, Prinsip Gestalt (atau Teori Gestalt) menjelaskan bagaimana orang cenderung mengatur elemen visual ke dalam kelompok, dan bagaimana keseluruhan seringkali lebih besar daripada bagian-bagiannya. Penerapannya memanfaatkan bagaimana otak mengatur sendiri informasi dengan cara yang teratur , teratur , simetris , dan sederhana .

Seiring dengan sistem seperti teori grid, Rasio Emas, dan teori warna, Prinsip Gestalt membentuk dasar dari banyak aturan desain yang diikuti oleh banyak desainer saat ini. Digunakan dalam logo, prinsip Gestalt membuatnya lebih menarik, lebih menarik secara visual, dan karena itu pesannya menjadi lebih mudah diingat.

Istilah Gestalt berarti 'kesatuan yang utuh', yang merupakan cara yang baik untuk menggambarkan tema menyeluruh di balik prinsip-prinsip Gestalt. Ini mengacu pada cara di mana manusia ketika melihat sekelompok objek, akan melihat keseluruhan sebelum melihat bagian-bagian individu.

Dalam desain UX, menggunakan kesamaan memperjelas kepada pengunjung, item mana yang serupa. Misalnya, dalam daftar fitur yang menggunakan elemen desain berulang (seperti ikon yang disertai 3-4 baris teks), prinsip kesamaan akan memudahkan untuk memindainya. Sebaliknya, mengubah elemen desain untuk fitur yang ingin disoroti, membuatnya menonjol dan memberi mereka kesan lebih penting dalam persepsi pengunjung.

Penerapan prinsip Gestalt tidak hanya dapat meningkatkan estetika desain, tetapi juga fungsionalitas dan keramahan pengguna. Dan, mereka adalah kumpulan ide yang berharga untuk dipelajari oleh setiap desainer.

Psikologi Warna : Pernahkah memperhatikan bagaimana ruangan kuning cenderung membuat merasa lebih cerah atau lebih bahagia? Atau bagaimana gaun merah bisa membuat merasakan gairah, sementara tanda merah bisa mengingatkan akan bahaya? Topik psikologi warna bisa sedikit rumit karena warna dan perasaan bisa sangat subjektif. Tetapi penelitian menunjukkan bahwa warna memang memengaruhi emosi dengan cara tertentu.

Dalam desain, warna bertindak sebagai fungsi utama yang menarik perhatian pengguna. Warna adalah aspek yang paling mudah diingat saat menghadapi hal-hal baru bagi pengguna baru. Dan, warna sebuah desain selalu berhubungan dengan branding produk atau seseorang. Jadi, tentu saja, desainer harus selalu menggunakan warna sebagai cara untuk mengomunikasikan tentang produk tersebut.

Desain grafis lebih dari sekedar memilih beberapa warna yang terlihat menyenangkan bersama-sama. Tergantung pada pendidikan, latar belakang budaya, dan preferensi pribadi, warna tertentu dapat membuat orang merasakan hal tertentu. Memahami psikologi warna dan mengetahui cara menggunakannya secara strategis adalah salah satu dasar dasar desain grafis.

Paradoks Pilihan: Pernahkah berdiri di depan gang permen dan diliputi oleh banyaknya pilihan? Atau telusuri layanan media streaming favorit yang berjuang untuk memilih sesuatu untuk ditonton karena kemungkinannya tampaknya tidak terbatas? Perjuangan internal ini ketika dihadapkan pada banyak pilihan untuk dipilih disebut paradoks pilihan.

Ketika diberi lebih banyak pilihan, mengapa cenderung memilih? Nah, orang lebih cenderung merasa kewalahan ketika dihadapkan dengan terlalu banyak pilihan di depan mereka. Lebih banyak pilihan membutuhkan lebih banyak waktu dan usaha untuk melewati dan membandingkan semuanya. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan, stres, ketidakbahagiaan, harapan yang tinggi, penyesalan, dan menyalahkan diri sendiri.

Terlalu banyak hal yang dijelaskan sekaligus membuat pengguna sulit untuk fokus hanya pada satu konten. Alih-alih meluangkan waktu untuk memproses semua informasi, pengguna cenderung beralih ke situs web pesaing.

Menambahkan fitur yang memiliki sedikit atau tidak ada nilai bagi sebagian besar pengguna melemahkan kemampuan bawaan orang untuk mengumpulkan dan memproses informasi secara efisien. Menjaga jumlah pilihan pada tingkat yang wajar memungkinkan orang untuk membuat keputusan lebih mudah dan menyelesaikan tugas lebih cepat.

Apa yang orang lihat dan apa yang orang rasakan adalah dua hal yang sangat berbeda. Yang pertama adalah pengalaman estetis; yang terakhir adalah salah satu psikologis. Desain yang baik membutuhkan keduanya, jadi desainer membutuhkan lebih dari sekadar pemahaman dasar psikologi agar pekerjaan mereka membuat kesan yang berharga.

Sekarang setelah memahami pentingnya psikologi dalam desain, maka telah memperoleh alat untuk mewujudkannya. Pada akhirnya, memahami komponen psikologi dalam desain adalah apa yang membuat atau menghancurkan desainer yang sukses.

Gambar Ilustrasi : Human Psichology vectorstock.com

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:8.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:107%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri",sans-serif; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved