Flat / Log Profile dalam Videogafi


Mata manusia melihat cahaya secara logaritmik, sedangkan kamera merekam cahaya secara linear. Supaya paham maksudnya, di ilustrasikan sebagai berikut:

Bayangkan kamu ada di ruangan gelap dengan satu lilin. Lalu kamu tambahkan satu lilin lagi sehingga lilinnya jadi dua. Maka kamu akan mendapatkan ruangan 2x lebih terang dari sebelumnya.

Sekarang kamu tambahkan satu lilin lagi, jadi tiga lilin.

Apa kamu mengira sekarang akan jadi terang 3x nya?

Tidak!

Ruangan tadi akan tampak terang 3x nya kalau kamu tambahkan dua lilin (jadi total 4 lilin).

Mengapa begitu? Karena mata mengukur perubahan cahaya dari kondisi saat ini, bukan menghitung satuan lilin.

Untuk mendapatkan terang 2x dari saat ini, sumber cahaya pun harus dua kalinya dari saat ini.

Misalnya, karena sekarang kita memiliki 4 lilin, kamu harus menambahkan 4 lilin lagi untuk mendapatkan terang 2x nya dari saat ini, jadi total 8 lilin. Berikutnya harus ditambahkan 8 lilin, jadi total 16 lilin. Begitu seterusnya.

Kalau kita urutkan, jumlah lilin di setiap perubahan terangnya jadinya seperti ini:

1, 2, 4, 8, 16, 32, dst.

Bukankah dalam matematika ini disebut deret logaritma?

Kalau kita plot, kurvanya akan tampak seperti gambar di bawah (sebelah kanan).

 

Apa artinya?

Artinya, di sisi gelap, mata manusia bisa menangkap perubahan yang cepat, sedangkan di sisi terang, mata manusia bisa menangkap perubahan secara perlahan-lahan (kurva semakin melandai ke kanan).

Dengan kata lain, mata manusia mampu beradaptasi terhadap cahaya sehingga tidak sampai kehilangan penglihatan baik di situasi minim cahaya, atau pun di situasi banyak cahaya. Itu sebabnya mata kita masih mampu melihat detil awan saat terik, sekaligus mampu melihat detil objek di sekitar bayangannya.

Ini yang tidak bisa ditiru oleh kamera. Karena secara umum, semua perangkat digital beroperasi secara linear dalam mempresentasikan data. Dalam contoh kita, kamera hanya menghitung jumlah lilin.

Perhatikan bahwa kalau kamera merekam secara linear, ada bagian yang terpotong karena sudah di luar batas cahaya yang bisa ditampilkan monitor. Otomatis pada batas ini, objek tampak putih begitu saja (seperti langit yang awannya menghilang).

Sedangkan kalau kamera merekam secara log, cahaya seolah dilengkungkan sehingga semuanya masuk di batas cahaya yang bisa ditampilkan monitor.

 

Pucat adalah efeknya

Akibat dari lengkungan cahaya yang dibuat s-log, gambar akan tampak pucat sekali.

Itu karena s-log berupaya menekan cahaya sehingga tidak terlalu kontras sampai menyebabkan banyak detil yang hilang.

Tanpa log, background terlalu terang dan muka terlalu gelap (lihat detil gorden)

 

Dengan log, background dan muka lebih terlihat (lihat detil gorden)

 

Oleh karena itu, s-log memang diperuntukkan buat mereka yang merencanakan grading saat editing. Kalau tidak, gambar akan tampak tidak normal.

Para videografer wajib hukumnya pakai Flat / Log Profile. 

Gunanya untuk mendatarkan tingkat higlights, shadow, saturation kearah midtones. Tujuannya untuk mendapatkan dinamik range yang lebih luas dan mendapatkan informasi gambar yang lebih banyak.


Kalau kita shut standart biasanya objek yang gelap akan gelap banget sedangkan objek yang terang akan terang banget, jadinya banyak detail gambar yang hilang, tapi kalau kita shut gunakan flat log profile kita bisa mendapatkan detail gambarnya. 

 

Dan di proses color branding kita bebas bereksperimen. 

   


    


Flat / Log Profile sendiri ada dibeberapa kameran seperti S-LOG untuk kamera SONY, C-LOG untuk kamera Canon dan F-LOG untuk kamera FUJIFILM.

Buat videografi di HP juga ada yaitu pakai FiLMiCPRO, caranya kita pilih menu bawah, lalu kita pilih profile yang Log.


Selamat mencoba !



 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved