John Hartley Adalah maksud atau arti dari segala jenis penandaan apapun; ia adalah produk dari budaya. Dalam konteks kajian komunikasi, makna adalah hasil dari komunikasi dan untuk itu ia adalah objek kajian, bukan sebagai yang telah ada atau terbukti sebagai kuantum yang ada sebelum dianalisis. Oleh sebab itu makna seharusnya tidak diasumsikan ada pada apapun, apakah itu teks, tuturan, program, aktivitas, atau perilaku, meskipun tindakan dan objek tersebut mungkin dipahami sebagai sesuatu yang berharga. Selama bertahun-tahun lokasi yang dianggap mengandung makna telah membuat rantai produsen-komoditi-konsumen mengambang tidak jelas. ? Dalam teori tekstual pra-modern (pertengahan), makna sangat bersifat ketuhanan. Tujuan pengarang jelas sekali tidak bisa diperdebatkan: teks berarti apa yang dikatakan oleh ‘produser’ yang hebat tersebut harus dilakukan. ? Dalam era modern teori tekstual menempatkan makna dalam teks. Teks berarti apa yang mereka katakan. Hal ini adalah masa gemilang dari kritik sastra modern, Anda mendapatkan makna Anda sendiri dengan menggunakan teknik ‘kritik praktis’ yang dikembangkan oleh LA. Richards, yang berarti ‘pembacaan kritik tertutup’ atas teks. Teknik tanpa menggunakan referensi ciri-ciri kontekstual, termasuk siapa yang menulisnya, dan kapan, atau apa yang dikatakan kritik lain mengenainya, ? Dalam era postmodern, makna ada pada audiens atau pembaca. Era ini memberi demokrasi kontemporer kedaulatan anonim populer. Hal ini merupakan pendekatan makna yang egaliter. Ia membutuhkan percontohan skala besar dan metode etnografis untuk mendapatkan apa yang dimaksudkan oleh teks, karena teks dapat memiliki arti yang berbeda bagi jutaan orang yang berbeda. Adalah langkah yang bijaksana untuk memasukkan tiga hal yang ada di atas tersebut ke dalam ‘rantai nilai’ pemaknaan, ketiga hal tersebut memiliki beberapa pengaruh atas produksi, sirkulasi, dan reproduksinya. Marshall Sahlin (1976) menyatakan makna sebagai ‘istilah ketiga’ yang umum ditambahkan pada benda material (ekonomi) dan relasi sosial (politik), untuk menyatukan kajian antropologis tentang budaya. Makna dalam ekonomi dan persetujuan politik menjadi subjek yang sesuai bagi antropologi; dan makna menjadi produk budaya. Semantik, kajian mengenai makna dari perspektif linguistik. Semantika memiliki maksud untuk menganalisis dan menjelaskan bagaimana makna diekspresikan dalam bahasa. Penelitian terbaru tampaknya diorganisir pada tiga pembedaan penting. Pemaknaan versus referensi. Makna ekspresi linguistik sebuah kata, sebagai contoh dapat diperlakukan sesuai dengan hubungannya dengan realitas ekstra linguistiknya. Makna kata ‘kursi’ ada pada kapasitasnya untuk merujuk keluar dari bahasa ke objek seperti yang mungkin sedang Anda duduki ketika Anda membaca bagian ini. Namun, dari perspektif berbeda, makna suatu kata dapat dipertimbangkan dalam kaitannya dengan kata lain dalam bahasa. Makna kata ‘kursi’ ada dalam hubungannya dengan kata lain seperti ‘mebel’, ‘meja’ ‘tempat duduk’, ‘bangku’, dan sebagainya. Contoh yang sangat terkenal dari pembedaan antara makna dan referensi adalah cara dimana sesuatu hal dilihat secara objektif, planet yang sama, Venus, dapat merujuk pada referensi yang sesuai dan tepat sebagai ‘bintang pagi’ dan ‘bintang sore’ karena ia memiliki kapasitas untuk bersinar dengan terang baik di langit pagi maupun sore. Sebagai konsekuensi, dua ekspresi ini ‘bintang pagi’ dan ‘bintang sore’, memiliki referen yang identik, meskipun makna dari tiap ekspresi, tentu saja, berbeda. Perhatian yang lebih banyak dalam semantik diberikan ke area relasi makna ketimbang pada referennya. Ada sebuah diktum dari Wittgenstein yang tepat untuk hal ini: ‘makna kata ada pada penggunaannya dalam bahasa’ Akan tetapi mengacuhkan sisi kontras antara makna dan refensi cenderung membawa pada teori makna yang tidak seimbang, dan hal ini memiliki konsekuensi melampaui ranah teori linguistik. Hal ini sama sekali tidak berharga. Sebagai contoh, teori rival estetis dapat dibagi menjadi dua bagian tergantung dari apakah teori ini memihak salah satu pihak dari pembedaan antara referensi dan makna: Teori Realis memihak seni yang muncul untuk mencerminkan atau merefleksikan realitas sebisa mungkin dengan cara langsung. Lebih lanjut lagi adalah Teori Formalis yang menekankan representasi artistik secara konvensional dan melihat seni, dan sastra secara lebih khusus, sebagai ekspresi kontinyu dengan arti (atau makna). Teori sastra kontemporer cenderung sangat kuat dalam basis konvensional maknanya. Begitu kuatnya sehingga tampak seperti mengingkari kemungkinan realitas apapun di luar bahasa. Yang paling baru, teori ini bersikukuh bahwa realitas tidak ditujukan secara langsung kepada kita, tetapi ia terkonstruksi melalui aksi pemaknaan, jadi kita tidak mempunyai akses langsung terhadapnya di luar bahasa. Salah satu jebakan yang ada di balik posisi ini dapat memancing idealisme yang di dalamnya realitas diucapkan menjadi eksistensi melalui bahasa, dan argumen mengenai interpretasi menjadi sangat objektif, menuju pada pelarangan budaya dan sejarah sebagai proses material. Gambar Ilustrasi : freepik.com Normal 0 false false false EN-ID X-NONE X-NONE /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; text-align:justify; text-justify:inter-ideograph; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Calibri",sans-serif; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-ansi-language:IN; mso-fareast-language:IN; mso-bidi-language:IN;} |