Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan. Dirangkum dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng, Bhuta Kala dalam ogoh-ogoh adalah digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan, biasanya dalam wujud Rakshasa. Sejarah ogoh-ogoh di Hari Raya Nyepi Ogoh-ogoh sebetulnya tidak memiliki hubungan langsung dengan upacara Hari Raya Nyepi. Namun, sejarah ogoh-ogoh di Hari Raya Nyepi yakni sejak tahun 1980-an, umat Hindu mengusung ogoh-ogoh yang dijadikan satu dengan acara mengelilingi desa dan membawa obor atau yang disebut acara ngerupuk. Sebelum memulai pawai ogoh-ogoh para peserta upacara atau pawai biasanya melakukan minum-minuman keras traditional yang dikenal dengan nama arak. Pada umumnya ogoh-ogoh di arak menuju suatu tempat yang diberi nama sema (tempat persemayaman umat Hindu sebelum dibakar dan pada saat pembakaran mayat). Kemudian ogoh-ogoh yang sudah diarak mengelilingi desa tersebut dibakar. Fungsi ogoh-ogoh Fungsi ogoh-ogoh adalah sebagai representasi Bhuta Kala. Ogoh-ogoh dibuat menjelang Hari Raya Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi. Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia. Nah, itulah pengertian ogoh-ogoh adalah karya seni dalam Budaya Bali, sejarah ogoh-ogoh, dan fungsi ogoh-ogoh. |