Telah diselenggarakan webinar tentang peran bahan bangunan dalam era arsitektur digital pada hari Rabu, 22 September 2021; 13.00-16.00 WIB yang merupakan kerjasama IAI, Unika Soegijaprana, Kenari djaya serta Asrinesia. Mendatangkan pakar arsitektur bangunan serta pakar arsitektur lingkungan sekaligus akademisi : Prof. Christina Eviutami Mediastika, ST, PHd (Guru besar Prodi Arsitektur Univ Kristen Petra) dan  Prof. DR. James ED Rilatupa (Dosen Arsitektur Univ Kristen Indonesia) dengan uraian presentasi sebagai berikut : 

1. Prof. Christina Eviutami Mediastika, ST, PHd (Guru besar Prodi Arsitektur Univ Kristen Petra)

Klasifikasi Bahan Bangunan, sangat banyak jenis dan klasifikasinya. Dimana dalam penglasifikasian cenderung konvensional dan ditujukan utk memperoleh kinerja bangunan secara maksimal. Adapun klasifikasi material (konvensional) berdasarkan struktural, teknologkal dan geometrikal. Klasifikasi  berdasarkan sistem penggunaannya meliputi : superstructure and Substructure, exterior envelope, building service. Berdasarkan propertinya meliputi : mekanikal, elektrikal, thermal, optikal, kimiawi. Berdasarkan bahan penyusunan melliputi : metal, polymer, keramik, komposit, material alami.

Klasifikasi di era digital : penggunaan teknologi dalam disain, kinerja bangunan (thermal, lighting, akustikal dan sebagainya) serta peran material bangunan dalam kinerja bangunan yang hemat energi. Sebagai konsekuensinya tidak ada batasan disain dan tidak ada batasan bahan bangunan sehingga pilihan makin banyak, modifikasi terbuka lebar dan kekuatan memadai. Sebagai kesimpulannya adalah tidak adanya sekat klasifikasi terkait jenis material namun aspek konvensional mestinya tetap menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan hingga penggunaan serta tetap memperhatikan kemampuan menahan gaya (kombinasi tarik dan tekan). Material yang semula secara hitungan kurang memiliki kemampuan secara struktural pada akhirnya dapat dipergunakan sebagai material struktur

Dalam hal ini Prinsip penggunaan material baru non-konvensional meliputi kerapatan , keseimbangan dan kesetimbangan. Sebagai contoh adalah menggunakan trik fasad bangunan dengan  memanfaatkan cladding

2. Prof. DR. James ED Rilatupa (Dosen Arsitektur Univ Kristen Indonesia)

Ekspresi Bahan Bangunan Kayu pada Karya Arsitektur, bagaimana keberadaan bahan kayu sehingga bisa eksis sampai sekarang dikarenakan masih ada ekspresi dan informasi lain  perlu diketahui oleh arsitek pengguna bahan baku kayu terlebih  di era arsitektur digital. Harus dipikirkan mengenai material yang ‘green’ untuk mendukung prinsip desain yang berkelanjutan pada suatu bangunan. Adalah dengan menggunakan teknologi yaitu Penggunaan kayu terpadatkan yaitu dari kayu muda yang bisa ditingkatkan menjadi kayu kelas 1 dan telah banyak diaplikasikan dalam disain arsitektur bangunan post modern dengan menggunakan kayu rekayasa / komposit sebagai material bangunannya. Sifat bahan kayu rekayasa / komposit tidak disukai oleh rayap, hal itu disebabkan sari pati kayu (celulosa) didalamnya jauh berkurang karena proses pemanasan, adanya penggunaan perekat kimia serta kadar air yang rendah.

serta diakhir Webinar disampaikan kesimpulan (conclusion) sekaligus pesan moral sebagai berikut :

Masa sekarang merupakan waktu yang tepat bagi para praktisi, perencana serta arsitek untuk semakin  produktif karena mendapatkan begitu banyak support teknologi digital sehingga semakin mudah dalam menyampaikan suatu hasil karya sebagai buah pemikiran ide gagasan yang dimiliki.

Era arsitektur digital adalah merupakan era keterlibatan teknologi maju yang sangat membantu   melahirkan karya-karya  yang sebelumnya mungkin tidak terbayangkan. Karena teknologi memberikan percepatan kualitas disain yang luar biasa. Namun demikian tantangannya tidak mudah karena adanya tuntutan untuk  memahami dan memiliki kepekaan terhadap lingkungan, seperti pemahaman building sains sebagai wujud kepedulian dan kesadaran terhadap lingkungan yg hemat energi. Seperti kata profesor christina kinerja sebuah bangunan menjadi hal penting. Kinerja bangunan dg performa yang baik bagi alam dan sekitar yang tentunya mempetimbangkan aspek thermal, lighting, akustikal yang menyesuaikan material yang tepat sesuai dengan aspeknya atau dengan kalimat lain yaitu tetap memegang prinsip penting terkait kerapatan, keseimbangan dan kesetimbangan.

Ungkapan pesan dari Profesor james, secara tradisional saat menentukan bahan kayu, harga merupakan pertimbangan utama terlebih jika membandingkan material serupa untuk fungsi yang sama. Namun harga merupakan komponen off the share dari komponen bangunan yang hanya mewakili biaya produksi dan  transportasi bukan dari biaya sosial dan lingkungan yang justru adalah merupakan tantangan. Kenapa? Pemilihan material bangunan berwawasan lingkungan dan  hati-hati adalah merupakan cara termudah bagi para perencana untuk mulai memasukkan prinsip-prinsip disain yang berkelanjutan. 


 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved