Berdiri pada tahun 2003, Bumilangit merupakan tonggak awal penghidupan kembali penceritaan komik berbasis pahlawan super di Indonesia. Bumilangit merupakan sebuah keluarga bagi banyak seniman dari tahun-tahun awal hingga kini, dan juga bagi penggemar setia yang selalu menghargai karya-karya seni kami yang luar biasa.

Bumilangit adalah perusahaan hiburan terkemuka berbasis karakter di Asia yang mengelola pustaka karakter terbanyak dengan jumlah lebih dari 1,200 karakter komik yang telah diterbitkan dalam enam puluh tahun terakhir. Kekuatan dari karakter-karakter kami tidak hanya berdasarkan popularitas semata, tetapi juga dari kekayaan cerita dari setiap karakter.

Karakter-karakter utama dalam pustaka kami adalah termasuk Si Buta Dari Gua Hantu, yang merupakan Kekayaan Intelektual nomor satu di Indonesia, juga Gundala, pahlawan super yang paling popular di Indonesia. Karakter-karakter kami telah ditampilkan di lebih dari 200 judul komik dan buku yang telah terjual kepada lebih dari 5 juta pembaca dengan 30 juta penayangan, serta 13 film dan 21 episode serial televisi.
Jagat Sinema Bumilangit diluncurkan pada Agustus 2019 dengan Gundala (2019) sebagai film pembuka jagat. Gundala (2019) menjadi film pahlawan super Indonesia yang paling sukses dan resmi terpilih untuk program pemutaran Midnight Madness di Toronto International Film Festival 2019.

Sebagai perusahaan hiburan, bisnis utama Bumilangit adalah dalam penerbitan komik, produksi film dan serial TV, produksi animasi, dan lisensi. Dalam mencapai tujuan kami, kami menjalin kemitraan dengan pemain-pemain kunci di banyak industri. Inovasi dan kreatifitas adalah pusat dari semua yang kami lakukan untuk memberikan produk dan pengalaman hiburan terbaik kepada konsumen kami.


BumiLangit Studios sepakat menjalin kerja sama jangka panjang dengan rumah produksi Screenplay Film untuk mengadaptasi komik yang mengisahkan pahlawan.

Production Manager BumiLangit Studios Imansyah Lubis mengatakan mereka telah menyiapkan film yang terangkum dalam Jagat Sinema BumiLangit untuk lima tahun mendatang.

"Ada proyeksi lima tahun ke depan. Kami menafsirkan cerita dari medium dan dekade yang berbeda menjadi sesuatu yang bisa diterima khalayak masa kini," kata Imansyah saat jumpa media. 

Film pertama yang tengah digarap saat ini adalah Gundala. Film yang bercerita tentang seorang bernama Sancaka (Abimana Aryasatya) ini disutradarai dan ditulis oleh Joko Anwar.

Pada Indonesia Comic Con pada Oktober lalu, cuplikan perdana Gundala dirilis. Imansyah menjelaskan saat ini Gundala telah memasuki tahap pasca produksi dan dijadwalkan tayang pertengahan 2019.

"Naskah yang ditulis Joko disetujui Screenplay dan BumiLangit. Screenplay melihat naskah dari sisi pasar, BumiLangit lihat dari seberapa setia naskah film dengan cerita asal. Kami tidak terlibat menulis, hanya kontrol," kata Imansyah.

Karakter Gundala diceritakan lewat seri komik Gundala Putra Petir karya Harya Suraminata (Hasmi). Seri komik Gundala Putra Petir pertama kali rilis pada 1969.

Dalam komik diceritakan Gundala awalnya merupakan seorang insinyur bernama Sancaka. Ia berambisi mencari serum anti petir. Alih-alih menemukan serum, Sancaka malah tersambar petir.


Kejadian itu mempertemukan Sancaka dengan Raja Petir Kronz. Kronz mengangkat Sancaka menjadi anaknya dan memberikan kalung ajaib yang dapat mengubah dirinya menjadi manusia super. Sejak itu, ia pun dikenal sebagai Gundala Putra Petir.

Pada 1996, Gundala muncul bersama tiga pahlawan super lain dalam komik Patriot. Tiga pahlawan super tersebut adalah Maza (karya Hasmi), Aquanus (karya Widodo Noor Slamet) dan Godam (karya Widodo Noor Slamet).

Joko Anwar sendiri sempat mengatakan kala itu bahwa Gundala menjadi gerbang menuju Jagat Sinema BumiLangit. Dengan begitu, masih ada film-film lain setelah Gundala.

"Gundala bukan film superhero atau pahlawan super, Gundala adalah film adisatria. Superhero itu di sana [Hollywood]. Kita punya film sendiri kok, adisatria," kata Ilhamsyah.

Ilhamsyah melanjutkan, "Kami sudah ada skala prioritas [karakter berikutnya yang diadaptasi menjadi film]. Siapa saja dan pastinya bagaimana sedang kita susun, kami rilis sedikit-sedikit,"

Film kedua dari Semesta BumiLangit yang tengah digarap adalah Si Buta Dari Gua Hantu. Berbeda dengan Gundala yang tergolong adisatria, dalam Jagat Sinema BumiLangit, Si Buta tergolong pendekar.

Pendekar berarti jagoan berkemampuan ilmu bela diri silat yang lekat dengan sejarah Indonesia.

Si Buta Dari Gua Hantu disutradarai dan ditulis oleh Timo Tjahjanto. Ilhamsyah menjelaskan saat ini memasuki tahap penyelesaian naskah dan dijadwalkan tayang tahun depan.

Si Buta dari Gua Hantu yang memiliki nama asli Barda merupakan karakter utama dalam serial cerita silat yang diciptakan komikus Ganesh TH pada 1960-an. Komik ini pertama kali terbit pada 1967 dan dicetak ulang pada 2005.

Komik ini sempat diadaptasi menjadi film pada akhir 1970 dengan judul sama. Adaptasi berlanjut pada enam judul film lain, yaitu Borobudur (1972), Sorga yang Hilang (1977), Duel di Kawah Bromo (1977), Neraka Perut Bumi (1985), Lembah Maut (1990), dan Bangkitnya Si Mata Malaikat (1988).

Secara garis besar, Si Buta dari Gua Hantu berlatar di Nusantara pada zaman kolonial Hindia-Belanda. Mengutip laman resmi pemegang hak cipta komik, BumiLangit Studio, ia memiliki ilmu silat tinggi dengan menggunakan pedang atau tongkat dan menguasai ilmu membedakan suara.

Demi membalas kematian ayah dan tunangannya, Barda terpaksa membutakan kedua matanya untuk dapat mengalahkan Mata Malaikat, penjahat buta yang sakti mandraguna. Sejak itu ia dikenal sebagai pendekar perkasa dan legendaris dengan julukan Si Buta dari Gua Hantu.

Ilhamsyah membuka kemungkinan Jagat Sinema BumiLangit tidak hanya berjalan selama lima tahun. Tetapi terus berjalan dan bisa bekerja sama dengan rumah produksi lain.



Komik BumiLangit

Bukan hanya dalam film, dalam komik juga terdapat Jagat BumiLangit. General Manager BumiLangit Komik Is Yuniarto menjelaskan timnya telah menggabungkan kisah adisatria serta pendekar yang dulu tidak berada dalam satu jagat.

"Kami sudah siapkan cerita, sebuah saga, yang berlangsung dari 20 ribu tahun sebelum masehi, masa kolonial, masa modern, sampai masa revolusi," kata Is.

Is menjelaskan karakter Sri Asih dan Mandala adalah karakter yang hidup di era sebelum Masehi, kemudian Si Buta Dari Gua Hantu hidup di era kolonial. Gundala, Aquanus, Maza dan Godam hidup di masa modern (1900-2000), sementara Virgo dan Tira hidup di masa revolusi (2000-2200).

Beberapa karakter lama seperti Sri Asih, Mandala, Gundala, Si Buta Dari Gua Hantu dan Aquanus akan dirilus ulang. Tentunya dengan cerita dan gaya gambar yang berbeda.

"Untuk Gundala kami akan rilis dua, satu komik berkaitan dengan film yang berdekatan dengan film, selain itu ada komik Gundala evergreen, ini maksudnya komik dengan karakter klasik," kata Is.


 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved