<strong>Sifat Kritis yang Seharusnya Bagi Insan Desain Komunikasi Visual</strong>

<strong>Pendahuluan</strong>

Desain Komunikasi Visual (DKV) bukan sekadar kegiatan menciptakan karya estetik yang menarik mata. Sebagai salah satu disiplin ilmu kreatif yang berperan besar dalam dunia komunikasi, DKV memiliki tanggung jawab besar untuk menyampaikan pesan dengan efektif dan berdampak. Insan DKV tidak hanya dituntut untuk menjadi kreatif, tetapi juga memiliki pola pikir yang kritis. Pola pikir kritis menjadi kunci dalam proses memahami permasalahan, merumuskan solusi, dan menghasilkan karya yang relevan dengan kebutuhan zaman.

Sifat kritis adalah kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mempertanyakan suatu informasi atau gagasan sebelum menerima atau mengaplikasikannya. Dalam konteks DKV, sifat ini sangat penting agar desain yang dihasilkan tidak hanya bersifat dekoratif, tetapi juga komunikatif, informatif, dan solutif. Artikel ini akan membahas sifat kritis yang seharusnya dimiliki oleh insan Desain Komunikasi Visual dalam menjalankan perannya di dunia profesional maupun akademis.

<hr>

<strong>1. Memahami Konteks Permasalahan</strong>

Setiap karya desain berawal dari masalah yang ingin diselesaikan. Insan DKV harus memiliki sifat kritis dalam memahami konteks permasalahan secara mendalam. Ini mencakup:

<ul> <li><strong>Mengidentifikasi akar permasalahan:</strong> Apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh klien? Siapa audiens yang ingin dituju?</li> <li><strong>Mempelajari situasi dan latar belakang:</strong> Mengetahui budaya, tren, serta kebiasaan target audiens menjadi dasar dalam merumuskan desain yang efektif.</li> <li><strong>Menganalisis pesan:</strong> Insan DKV harus mampu memfilter informasi yang penting dan relevan untuk ditampilkan dalam karya desain. Pesan yang terlalu banyak atau tidak fokus akan membingungkan audiens.</li> </ul>

Contohnya, seorang desainer yang ditugaskan membuat kampanye sosial tentang lingkungan harus berpikir kritis dalam memahami isu lingkungan, mempelajari data, dan mengevaluasi cara terbaik untuk menyampaikan pesan agar audiens benar-benar tersentuh dan peduli.

<hr>

<strong>2. Mampu Mengkritisi Informasi dan Referensi</strong>

Dalam proses kreatif, seringkali insan DKV mencari referensi atau inspirasi dari berbagai sumber. Namun, sifat kritis sangat diperlukan agar referensi yang digunakan tetap relevan, original, dan berkualitas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

<ul> <li><strong>Memilah sumber informasi:</strong> Tidak semua referensi di internet atau media dapat dipercaya. Desainer harus kritis dalam mengecek keakuratan informasi sebelum menggunakannya sebagai bahan desain.</li> <li><strong>Menghindari plagiarisme:</strong> Sifat kritis membantu insan DKV untuk mengolah inspirasi menjadi sesuatu yang baru, bukan sekadar meniru.</li> <li><strong>Mengevaluasi desain yang ada:</strong> Desainer harus bertanya, apakah desain yang sudah ada efektif? Apa kekurangannya? Bagaimana desain tersebut dapat ditingkatkan?</li> </ul>

Seorang desainer yang kritis akan lebih mudah menemukan celah inovasi dan memberikan solusi kreatif yang berbeda dari yang lain.

<hr>

<strong>3. Berpikir Solutif dan Relevan</strong>

Desain bukan hanya tentang estetika, tetapi juga solusi. Sifat kritis membantu insan DKV berpikir solutif dengan mempertimbangkan relevansi desain terhadap permasalahan yang ada. Ini mencakup:

<ul> <li><strong>Memahami kebutuhan klien:</strong> Desainer harus mampu mempertanyakan dan menilai apakah solusi desain yang diajukan sudah memenuhi ekspektasi dan kebutuhan klien.</li> <li><strong>Menyesuaikan dengan audiens:</strong> Karya desain yang baik harus dapat menyentuh audiens dengan tepat. Sifat kritis memungkinkan desainer untuk mengevaluasi bagaimana audiens akan merespons karya tersebut.</li> <li><strong>Adaptif terhadap perkembangan zaman:</strong> Tren desain selalu berubah. Insan DKV harus kritis dalam memahami perubahan dan mampu beradaptasi tanpa mengabaikan esensi pesan.</li> </ul>

Sebagai contoh, ketika merancang desain aplikasi mobile, desainer tidak hanya fokus pada visual yang menarik tetapi juga pada user experience (UX) yang memudahkan pengguna.

<hr>

<strong>4. Mengasah Kemampuan Berargumentasi</strong>

Dalam dunia profesional, insan DKV sering kali harus mempresentasikan karyanya di hadapan klien atau publik. Sifat kritis memungkinkan desainer untuk memiliki dasar argumentasi yang kuat dalam menjelaskan pilihan desainnya. Ini termasuk:

<ul> <li><strong>Menyampaikan alasan di balik konsep desain:</strong> Mengapa memilih warna tertentu? Mengapa tipografi tersebut dipakai? Semua keputusan desain harus memiliki alasan yang logis.</li> <li><strong>Menerima kritik dan umpan balik:</strong> Desainer yang kritis tidak akan langsung defensif ketika menerima masukan. Sebaliknya, mereka akan mengevaluasi kritik tersebut untuk meningkatkan kualitas karyanya.</li> <li><strong>Membandingkan alternatif solusi:</strong> Seorang desainer harus mampu menunjukkan beberapa opsi desain dan menjelaskan kelebihan serta kekurangannya.</li> </ul>

Dengan kemampuan berargumentasi yang baik, desainer dapat meyakinkan klien bahwa solusi yang dia tawarkan adalah yang paling sesuai.

<hr>

<strong>5. Menilai Dampak Sosial dan Etis Karya Desain</strong>

Insan DKV memiliki tanggung jawab sosial atas karya yang dihasilkan. Sifat kritis membantu desainer untuk mempertimbangkan dampak etis dan sosial dari desain mereka. Hal ini mencakup:

<ul> <li><strong>Menghindari konten yang bias atau menyesatkan:</strong> Desain yang baik harus bersifat inklusif dan tidak mengandung diskriminasi.</li> <li><strong>Memahami dampak jangka panjang:</strong> Bagaimana desain ini akan mempengaruhi audiens atau lingkungan dalam jangka panjang?</li> <li><strong>Mendorong pesan positif:</strong> Desain dapat digunakan untuk mempromosikan kebaikan dan kesadaran terhadap isu-isu sosial seperti lingkungan, kesehatan, dan pendidikan.</li> </ul>

Misalnya, dalam membuat kampanye iklan, seorang desainer harus berpikir kritis agar karyanya tidak hanya menarik perhatian tetapi juga memberikan pesan yang bertanggung jawab dan bermoral.

<hr>

<strong>Kesimpulan</strong>

Sifat kritis adalah fondasi yang harus dimiliki oleh setiap insan Desain Komunikasi Visual. Dengan sifat kritis, seorang desainer dapat menghasilkan karya yang lebih dari sekadar estetis, tetapi juga solutif, relevan, dan berdampak positif bagi audiens. Insan DKV yang kritis mampu memahami permasalahan dengan mendalam, mengevaluasi referensi dengan bijak, berpikir solutif, berargumentasi dengan baik, serta mempertimbangkan dampak sosial dan etis dari karyanya.

Dalam dunia yang semakin kompleks dan dinamis, insan DKV dituntut untuk tidak hanya berpikir kreatif tetapi juga kritis. Dengan begitu, peran DKV sebagai penghubung pesan antara pengirim dan penerima dapat berjalan efektif, relevan, dan bertanggung jawab.

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved