Sketsa merupakan gambar rancangan, rengrengan, denah, dan bagan. Dalam perancangan arsitektur, membuat sketsa adalah langkah awal dalam kegiatan menggambar yang dilakukan oleh seorang arsitek untuk memenuhi dan memahami keinginan klien dari pembuatan desain sketsa bangunan mereka. Sketsa bangunan digunakan untuk mengilustrasikan poin-poin yang dibuat oleh si arsitek; untuk mengusulkan berbagai sudut pandang atau pendekatan terhadap masalah desain bangunan; untuk menjelaskan kepada klien tentang bagaimana arsitek tersebut bermaksud menanggapi (feedback) permintaannya, atau untuk menguatkan kesepakatan tentang apa yang diharapkan dari si arsitek dan klien atau akan tampak seperti apa desain yang telah disetujui itu nantinya.
Pengertian dan Fungsi Sketsa Bangunan Proses perancangan gambar awal dan sederhana secara global yang dilakukan pada saat proses menggambar dengan ciri khas yang kasar dan ringan disebut sketsa. Jadi, sketsa bangunan dapat didefinisikan sebagai gambar sederhana atau draf kasar yang dibuat secara global, tidak detail, melukiskan bagian-bagian gedung bangunan yang ingin ditampilkan oleh pembuatnya.
Sedangkan sketsa bangunan berfungsi sebagai berikut ini : · Untuk mengeksplor kesuluruhan bangunan; · Metode untuk memahami proporsi; · Medium untuk memanipulasi sambungan material; · Cara untuk menghitung sistem struktur baru. Sketsa juga mengkomunikasikan informasi di dalam biro antara arsitek dengan drafter-nya. Yang terpenting adalah gambar dan sketsa bangunan menjelaskan dan mengeksplor pencapaian teoritis dari pembuatnya
Tahapan Dasar dalam Pembuatan Sketsa Gambar Bangunan Sketsa bangunan biasanya dibuat dengan menggunakan unsur garis, blok dan warna. Dalam bidang keteknikan, sketsa bangunan biasa dibuat pada awal pemilihan sebuah rancangan untuk menilai efisiensi suatu desain. Sketsa bangunan digambarkan dengan cara kasar tanpa detail atau secara garis besarnya suatu rancangan bangunan. Sketsa tersebut dapat dijadikan acuan standar untuk pembuatan detail konstruksi dengan segala macam pertimbangan seperti lingkungan, estetika, sampai dengan anggarannya.
Arsitek membuat sketsa gambar bangunan dengan tahapan rancangan sebagai berikut. 1. Meneliti Informasi Bangunan Sebelum melakukan proses penggambaran sketsa bangunan, seorang arsitek atau engineer melakukan penyelidikan tentang maksud dan tujuan pembuatan bangunan dan informasi lainnya. 2. Melakukan Konsultasi untuk Menjaring Keinginan owner Arsitek perlu membuka layanan konsultasi guna untuk mengetahui jenis bangunan yang diinginkan pemilik, mulai dari tipe bangunan, ukuran, model design, jumlah penghuni, kebutuhan ruang, dan kemampuan anggaran pemilik. Dalam praktik nyata sesi konsultasi antara arsitek dengan klien, arsitek biasanya akan menggambar sketsa bangunan sebagai respon dari percakapan mereka. Tahapan ini sebagai pertimbangan pembuatan karakter suatu bangunan yang mewakili keinginan pemiliknya. 3. Melakukan survey lokasi dan ukuran lahan Arsitek mensurvei lokasi dan mengukur lahan yang ingin dibangun. Arsitek akan menyesuaikan ukuran bangunan dengan memperhitungkan efektifitas ketersediaan lahan, bentuk tanah dan kelandaiannya. Dengan harapan alokasi ruang dan lahan dapat terpenuhi secara efektif dan maksimal. 4. Membuat Desain Tata Ruang Arsitek dapat menuangkan ide desain tata ruang ke dalam gambar denah atau gambar ortogonal lainnya, tidak harus dalam sketsa bangunan. Si arsitek harus memperhitungkan semua aspek kebutuhan ruang secara standar maupun berdasarkan kreatifitasnya.Aspek tersebut meliputi, luas ruangan, letak efektif tiap ruangan, jumlah ruang dan fasilitas. Tata ruang didesain dengan perhitungan matang dan akurat sehingga mempermudah penghuni dalam mengakses setiap ruang dengan mudah dan efisien. 5. Menambahkan Estetika di dalam atau di luar ruangan Arsitek mendesain bentuk dan karakter suatu bangunan disesuaikan dengan estetika yang ingin ditampilkan. Nilai estetika tersebut berhubungan dengan bentuk dinamis dan modern yang dipengaruhi oleh perkembangan zaman. Lingkungan lokasi bangunan juga harus diperhitungkan saat mendesain agar tercipta sebuah konstruksi yang ramah lingkungan, sesuai dan mencerminkan karakter penghuni secara prestisius. Estetika tersebut juga dapat berasal dari keinginan si penghuni yang bersangkutan. Seperti kebutuhan teras, selasar, raling tangga, taman, garasi dan lain-lain. 6. Menambahkan Gambar atau Desain Properti Untuk menampilkan visualisasi yang nyata, arsitek perlu merancang properti yang diperkirakan akan menjadi kebutuhan standar sebuah bangunan, misal kitchen set di dapur, mobil di garasi, tempat tidur di ruang tidur, dan sebagainya. Properti-properti tersebut penempatannya disesuaikan dengan bentuk ruang dan lahan.
|