Teori Warna dalam Desain Sebelum memulai mendesain, sebaiknya Anda memahami dulu Teori Warna. Teori Warna adalah pedoman yang biasanya desainer gunakan sebagai dasar memilih kombinasi warna desain terbaik. 1. Teori Warna Menurut Brewster Pertama, ada teori warna menurut Brewster. Teori Brewster adalah konsep yang mengelompokkan warna menjadi empat kategori, yaitu: warna primer, warna sekunder, warna tersier, dan warna netral. Lengkapnya, mari simak teori warna menurut Brewster berikut ini. Warna Primer Warna primer: merah, kuning, biru Warna primer adalah warna dasar yang membentuk warna-warna lain. Karena bersifat murni, warna primer tidak diciptakan dari kombinasi warna apapun. Justru, warna primer menjadi bahan dasar untuk menciptakan warna-warna baru. Warna Sekunder Warna sekunder: ungu (merah + biru), oranye (merah + kuning), hijau (biru+ kuning) Teori warna dalam desain berikutnya, warna sekunder. Warna sekunder adalah warna yang berasal dari kombinasi dua warna primer. Misalnya, campuran warna merah dan kuning menghasilkan oranye. Warna Tersier Warna tersier: magenta (merah + ungu), marigold (kuning + oranye), aquamarine (biru + hijau), dll Warna tersier adalah warna yang dihasilkan dari kombinasi warna primer dan warna sekunder. Merah campur ungu, misalnya, menghasilkan magenta. Warna Netral Warna netral: hitam, putih, cokelat, krem, abu-abu, dll Warna netral merupakan warna penyeimbang untuk membantu warna lain agar terlihat lebih fokus. Ada dua jenis warna netral: monokromatik dan earth tone. Warna monokrom terdiri dari hitam dan putih. Sedangkan earth tone atau warna yang menyerupai unsur bumi misalnya cokelat, krem, dll 2. Roda Warna Roda warna ditemukan oleh Isaac Newton. Singkatnya, roda warna adalah lingkaran warna yang menghubungkan warna primer, warna sekunder, warna tersier, dan warna netral. Ada beberapa model Color Harmony dari roda warna, di antaranya: Complementary Complementary adalah warna yang saling berhadapan pada roda warna. Contohnya, merah dan hijau. Hasilnya seperti logo restoran Chili’s Grill & Bar. Analogues Analog adalah kombinasi warna yang saling bersebelahan pada roda warna. Seperti biru, hijau tua, dan hijau muda. Output desainnya kira-kira seperti warna logo The Sims 4. Triadic Triadic adalah kombinasi dari warna-warna yang berada di garis lurus dari roda warna. Misal, ungu, hijau, dan oranye. Outputnya seperti logo Fanta. Arti Warna dan Pengaruhnya Bagi Website Setelah memahami berbagai jenis teori warna, sekarang saatnya Anda mempelajari arti warna. Setiap warna membawa pengaruh yang berbeda. Itulah sebabnya arti warna seringkali disebut juga dengan Psikologi Warna. Pasalnya, warna cukup berpengaruh terhadap pikiran dan perilaku seseorang.
Kombinasi Warna Desain Web Sesudah memiliki wawasan akan arti warna, Anda akan belajar aneka macam kombinasi warna agar situs lebih kece. Secara garis besar, ada tiga jenis kombinasi warna website: tints, tones, dan shades. 1. Tint Tint adalah kombinasi warna untuk website yang mungkin sering Anda temui. Tint dikenal juga dengan warna pastel. Warna tint adalah campuran warna dasar dengan warna putih. Warna tint terlihat santai, lembut, serta memiliki kesan feminin. Warna website tint efektif bagi situs yang membidik target audiens wanita dan anak-anak. Banyak perusahaan kecantikan, produk bayi, mainan, dan lain-lain menggunakan tint sebagai warna untuk website. Contoh kombinasi warna desain tint: 2. Tone Tone bersifat meredam warna sehingga kombinasi warna terlihat tidak terlalu mencolok dan mudah menyatu dengan warna lain. Tone adalah campuran warna dasar dengan abu-abu. Efeknya, warna terlihat lebih pucat dan bahkan keruh jika unsur abu-abunya terlalu berlebihan. Warna tone memberikan kesan klasik, alami, dan natural seperti warna alam. Jenis warna website ini cukup baik jika digunakan untuk website arsitektur, fotografi, kerajinan tangan, dan lain-lain. Contoh kombinasi warna desain tone: 3. Shade Shade atau bayangan, mampu menciptakan nuansa gelap. Shade adalah kombinasi warna dasar dengan warna hitam. Sehingga, warna akan terlihat lebih gelap atau tua. Biasanya, kombinasi warna web dengan shade akan tampil baik ketika dipadukan bersama warna murni atau warna yang lebih terang. Situs yang memakai kombinasi warna ini cocok untuk website ingin memperkuat kesan serius, profesional, dan elegan. Jasa keuangan, portal berita, jasa konsultan, dan organisasi, misalnya. Contoh kombinasi warna desain shade: Berapa Jumlah Warna Efektif dalam Website? Setelah mempelajari berbagai kombinasi warna desain web, berapakah porsi warna yang pas? Silakan adopsi prinsip 60:30:10 dari teknik desain interior. Meski awalnya untuk mendekorasi ruangan, aturan ini sah-sah saja kok diterapkan sebagai warna untuk website. Bahkan, Niagahoster pun menggunakannya. Berikut ulasannya. Porsi 60% warna dominan Seperti namanya, warna dominan menjadi warna website yang paling banyak digunakan pada desain web. Ini adalah warna yang paling mencerminkan branding perusahaan. Niagahoster, misalnya, menggunakan warna website dominan biru. Porsi 30% warna sekunder Porsi 30% digunakan sebagai warna pendukung yang mendampingi warna dominan. Karena berperan untuk mendukung, warna website ini terlihat menonjol tapi porsinya tetap lebih kecil daripada warna dominan. Seperti yang Anda lihat pada gambar berikut, Niagahoster menggunakan warna sekunder kuning. Warna website ini menghiasi tombol CTA ataupun komponen lainnya yang membutuhkan penegasan (highlight). Porsi 10% warna pelengkap Berikutnya, warna pelengkap. Fungsi warna untuk website ini adalah supaya kombinasi warna web lebih variatif. Sehingga, tampilannya tidak membosankan. Niagahoster sendiri memilih warna hijau sebagai pelengkap. Bisa Anda lihat, warna hijau menghias beberapa komponen seperti label nama produk. Meski begitu, porsinya jauh lebih sedikit daripada warna biru ataupun kuning, Cara Menentukan Warna Efektif untuk Desain Website Berbagai tips menentukan warna untuk website yang efektif. 1. Pelajari Branding yang Digunakan Branding adalah citra untuk membangun kesan tertentu dan memudahkan orang-orang mengidentifikasi suatu merek atau identitas perusahaan. Faktanya, warna memudahkan 80% orang untuk mengenali suatu brand. Karena itu, menentukan warna website harus berpedoman pada branding perusahaan. Supaya, website tampil konsisten dan brandingnya kuat. Perusahaan McDonald’s, misalnya. Memiliki ciri khas warna merah dan kuning, website mereka pun dipoles dengan kombinasi warna website yang sama. 2. Ketahui Tujuan Website dan Setiap Halamannya Cara menentukan warna untuk website yang berikutnya, ketahui tujuan web dan setiap halamannya (web page). Misalnya, home page berfungsi sebagai ruang tamu yang menyambut pengunjung situs. Sehingga, warna branding harus terlihat cukup mencolok di sana. Bisa itu pada header, slider, dan lain-lain. Namun, lain jadinya warna pada landing page. Karena fokusnya menggenjot konversi, maka kombinasi warna landing page harus menonjolkan tombol CTA, opsi produk, dll. 3. Sesuaikan Warna Website dengan Target Pasar Setiap konsumen punya ketertarikan warna yang berbeda sesuai umur maupun jenis kelaminnya. Mari lihat warna website berita seperti CNN. Untuk membangun kesan serius dan jujur pada target audiens yang sebagian besar remaja hingga orang tua, CNN menggunakan kombinasi warna web merah, hitam, dan putih. Sekarang, bayangkan jika CNN memoles warna website dengan ungu atau hijau. Kemungkinan malah akan terlihat seperti situs berita yang kurang serius, bukan? 4. Pastikan Seluruh Bagian Terlihat Jelas Kontras teks dalam desain website cukup penting. Sebab, audiens akan menangkap informasi melalui teks yang ada pada situs. Karena itu, teks harus mudah dibaca dan tidak membuat mata lelah. Caranya, berikan kontras sehingga audiens bisa membedakan antara warna teks dengan warna website. Gunakan teks warna gelap untuk background terang. Sebaliknya, gunakan warna terang untuk teks dengan background gelap. |